Thursday 3 January 2013

Peradaban Islam



“PERADABAN DAN PETA POLITIK UMAT ISLAM MENJELANG
PERIODE PERTENGAHAN

Oleh :
Muhammad Solehan (111- 11- 167)

BAB 1
PENDAHULUAN

Rasulullah Saw, adalah rasul Allah, kepala pemerintahan yang sekaligus menjadi kepala Masyarakat. Setelah beliau wafat, maka roda kepemimpinan dalam dunia Islam pun digantikan oleh para khalifah, atau yang kita kenal dengan Khulafaur Rasyidin. Sepeninggalan rasulullah, dunia islam mengalami banyak perubahan, baik dari segi kekhalifahan, maupun dari segi kebudayaan dan peradaban. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai pete politik sekaligus peradaban islam yang muncul dalam suatu masa setelah wafatnya rasulullah saw hingga menjelang abad pertengahan. Adapun kekhalifahan setelah wafat rasul, dilihat berdasarkan urutan waktu hingga menjelang abad pertengahan ialah sebagai berikut:
1.      Khulafaur- Rasyidin (632 M- 661 M)
2.      Daulah Bani Umayyah 1 di Damaskus (661 M- 749 M)
3.      Daulah Bani Abbbasiyah (750 M- 847 M)
4.      Daulah Bani Umayyah II di Andalusia (755-1013 M)
5.      Daulah Murabbitun (1088 M- 1145 M)
6.      Daulah Muwahidun (1130 M- 1269 M)
7.      Daulah Fathimiyah
8.      Dinasti Ghaznawiyah
Menjelang abad pertengahan ini, islam memang tengah mencapai puncak kejayaanya. Kemajuan di bidang ekonomi, administrasi negara, ilmu pengetahuan, politik dan kebudayaan memang mengagumkan. Akan tetapi, itu semua tidaklah bebas dari kekurangan. Kelemahan dan ketidakcakapan kepeminpinan pun sangat mempengaruhi roda- roda pemerintahan yang semakin lama menyebabkan kemunduran, ditambah konflik- konflik yang semakin kompleks yang terus bermunculan disetiap era kepemimpinan.





BAB 2
PEMBAHASAN

Peta Politik dan Peradaban Masa Khulafaur Rasyidin
Muhammad SAW, disamping sebagai Rasulullah juga sebagai kepala pemerintahan dan pemimpin masyarakat. Setelah beliau wafat, fungsi sebagai Rasulullah tidak dapat digunakan oleh siapa pun manusia di dunia ini, karena pemilihan fungsi tersebut adalah mutlak dari Allah SWT.fungsi beliau sebagai kepala pemerintahan dan pemimpin masyarakat harus ada yang menggantikanya. Selanjutnya pemerintahan Islam dipimpin oleh empat sahabat terdekatnya. Kepemimpinan periode ini disebut dengan Khulafa’ Al Rasyidun (para pengganti yang mendapatkan bimbingan ke jalan yang lurus)[1]. Empat khalifah tersebut adalah :
  1. Abu Bakar Al- Shiddiq (11-13 H/ 632- 634 M)
  2. Umar Ibn Al- Khattab (13- 23 H/ 634- 644 M)
  3. Utsman Ibn Affan (23- 35 H/ 644- 656 M)
  4. Ali Ibn Abi Thalib (35- 50 H/ 656- 651 M)
Meskipun hanya berlangsung 30 tahun, masa khulafaur rasyidin  adalah mas yang penting dalam sejarah islam. Khulafaur Rasyidin berhasil menyelamatkan islam, mengkonsolidasikan dan meletakkan dasar bagi keagungan umat islam[2]. Adapun pemerintahan pada periode ini sebagai berikut :

Peta Politik Masa Khulafaur Rasyidin
A.     Sistem Pemilihan Khalifah
Dengan wafatnya Rasul, umat muslim dihadapkan kepada krisis konstitusional. Rasul tidak menunjuk penggantinya[3]. Permasalahan politik pertama kali muncul sepeninggal Rasulullah adalh siapakah yang akan menggantikan beliau sebagai kepala pemerintahan dan bagaimana sistem pemerintahanya. Masalah tersebut diserahkan kepada kaum muslimin. Rasul mengajarkan prinsip musyawarah sesuai dengan ajaran islam itu sendiri. Abu bakar memangku jabatan khalifah berdasarkan pilihan yang berlangsung sangat demokratis di Muktamar Tsaqifah Bani Sa’idah. Abu bakar disetujui jamaah kaum muslimin untuk menduduki jabatan kekhalifahan[4]. Umar ibn Khatab diangkat dan dipilih oleh para pemuka masyarakat dan disetujui oleh jamaah kaum muslimin. Abu bakar, menjelang wafat ia memilih Umar untuk menjadi penggantinya. Pilihanya sudah dimintakan pendapat dan persetujuan para pemuka masyarakat pada saat mereka menjenguk dirinya sewaktu sakit[5].
Utsman ibn Affan dipilih dan diangkat dari enam orang calon yang ditunjuk oleh khalifah Umar  saat menjelang ajalnya karena pembunuhan. Sedangkan untuk khalifah terakhir periode ini, Ali ibn Abi thalib tampil memegang pucuk pimpinan negara ditengah- tengah kericuhan dan huru- hara perpecahan akibat terbunuhnya Utsman oleh kaum pemberontak. Khalifah Ali dipilih dan diangkat jamaah kaum Muslimin di Madinah dalam suasana yang kacau, dengan pertimbangan jika khalifah tidak segera dipilih, maka keadaan akan semakin bertambah kacau[6].

B.     Kebijakan- Kebijakan Pemerintah
Maju mundurnya sebuah pemerintahan sangat bergantung kepada pemegang kekuasaan. Berikut adalah beberapa kebijakan khalifah dalam menghaadapi krisis dan gejolak yang muncul dalam pemerintahanya:

1.      Memerangi Kaum Riddah
Sebagai khalfah pertama, Abu Bakar dihadapkan pada masyarakat sepeninggalan Rasulullah SAW. Pada masa kekhalifahanya, muncullah golonganyang menyimpang dari kebenaran (orang- orang yang murtad, tidak mau membayar zakat, dan mengaku diri sebagai nabi) dengan mengirimkan pasukan, sehingga  semuanya kembali pada jalan yang benar  atau harus gugur sebagai syahid dalm memperjuangkan agama Allah.

2.      Pengelolaan Kas Negara
Tindakan yang dilakukan Umar adalah menata pemerintahan dengan departemen- departemen (diwan) yang bertugas menyampaikan perintah dari pemerintah pusat ke daerah- daerah dan menyampaikan laporan tentang perilaku dan tindakan- tindakan penguasa daerah kepada khalifah[7]. Terkait masalah pajak, Umar membagi warga dengan dua kelompok yaitu muslim dan non- muslim(Dzimmy). Bagi muslim diwajibkan membayar zakat, bagi non muslim dipungut Kharaj (pajak tanah) dan jizyah (pajak kepala). Pada masa Umar lembaga yudikatif dip[isahkan dengan didirikanya lembaga pengadilan, bahkan di daerah- daerah. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban dibentuk jawatan kepolisian dan jawwatan pekerjaan umum.Untuk mengelola keuangan negara, maka didirikan Baitul Maal.

3.      Penataan Birokrasi Pemerintahan
Abu Bakar melanjutkan sistem pemerintahan yang bersifat sentral seperti pada zaman Rasulullah, yakni kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif terpusat disatu tangan. Masa khalifah Umar lembaga yudikatif sudah berdiri, terpisah dari eksekutif dan legislatif. Wilayah negara terdiri dari provinsi- provinsi yang  berotonomi penuh , kepala pemerintahan profinsi bergelar Amir. Para amir (gubernur) propinsi dan para pejabat distrik sering diangkat melalui pemilihan. Pemerintahan Umar menjamin hak setiap orang dan orang- orang menggunakan kemerdekaanya dengan seluas-luasnya[8].
Agar mekanisme pemerintahan berjalan lancar, dibentuk Organisasi Islam (Daulah Islamiyah) yang pada garis besarnya sebagai berikut:
  1. An-Nidam As- Siyasy (Organisasi Politik)
  2. An-Nidam Al- Idary (Organisasi tata Usaha/ Administrasi Negara)
  3. An-Nidam Al- Maly (Organisasi Keuangan Negara)
  4. An-Nidam Al- Harby (Organisasi Ketentaraan)
  5. An-Nidam Al- Qadla’i (Organisasi Kehakiman)
Pengembangan sistem birokrasi pemerintahan ini berdasarkan pada hasil pemikiran para khalifah, khsusnya Umar ibn Khatab. Yang berhasil memadukan sistem yang ada di daerah perluasan dengan kebutuhan Masyarakatyang sudah mulai brkembang saat itu[9].

4.      Pemberlakuan Ijtihad
Tatkala islam mulai meluas ke Syam, Mesir, Persia, dll. Timbullah berbagai macam kesulitan dan masalah- masalah yang belum pernah ditemui oleh kaum Muslimin. Umar bukan saja menciptakan peraturan- peraturan baru, tetapi juga memperbaiki dan mengadakan perubahan terhadap peraturan yang telah ada, bila memang peraturan itu perlu diperbaiki dan diubah[10].
Dengan melaksanakan ijtihad barangkali Umar ingin memberi tuntunan dan pengertian bahwa ajaran islam itu tidak kaku, tapi bisa lentur dan luwes sesuai dengan perkembangn zaman dan permasalahan yang dihadapi dengan tetap mengacu pada substansi ajaran yang ada dalm Al- Quran dan Hadits.

5.      Perluasan dan Pengelolaan Wilayah
Adapun secara rinci bentuk penakhlukan/ perluasan wilayah pada masa ini[11] sebagai berikut:
Tahun (Masehi)
Bentuk Penakhlukan/ perluasan wilayah
632- 633
Perang riddah: peperangan dilakukan diberbagai daerah arabia, kelompok- kelompok yang bertempur didorong keluar arabia kesebelah barat dan utara.
633
Hirah, Kota Sasani yang dibentengi sungai Eufrat, direbut
634
Kekuatan byzantium dikalahkan di syiria selatan
635
Damaskus direbut, dan disusul oleh beberapa kota syiria yang lainya
636
Perang yarmuk, dekasungai Yordan, menghancurkan sebuah pasukan militer byzantium yang kuat yang dipimpin oleh saudara kaisar yang terbunuh, setelah itu syiria terbuka, damaskus direbut kembali.
637
Perang Qadisiyyah, dekat Hirah, menghancurkan tentara sasani yang kuat yang dikomando oleh jendral utama rustam yang terbunuh. Irak sebelah barat tirgis terbuka. Ibu kota Sasani Ctesipon direbut, Yerussalem direbut, Basrah, kufah didirikan sebagai kota- kota Garnisun.
640
Caesaria (pelabuhan laut Palestina) akhirnya direbut, tidak ada kekuatan Byzantium apapun yang tersisa di Syiria. Mesir diserbu(berakir tahun 639) Khuzistan direbut.
641
Mosul direbut. Tidak ada kekuasaan Sasani apapun yang tersisa disebelah barat pegunungan Zagrosi, perang Nihavand di Zagros membuka (menaklukan) daerah tersebut dengan menghancurkan tentara Sasani yang tersisa. Babilo di Mesir (kedudukan Fustath kemudian Kairo) direbut.
642
Iskandariah direbut , Barqah (Tripolitania) disergap (642- 643), penyergapan- penyergapan kearah pantai Makran, Iran Tenggara (643)
645- 646
Iskandariah direbut kembali oleh Byzaantium, lalu direbut kembalioleh kaum muslimin
±645
Kaum muslimin terlibat pembangunan armada dari Mesir dan Syiria, kekuatan muslim dimulai
±648
Tripolitania direbut
649
Cyprus direbut—pengoprasian laut muslim penting pertama
649- 650
 Persepolis direbut kota utama Fars dan pusat religius Zoroastrian
651
Yazdagrird, Raja terakhir Sasani, dibunuh di Khurasan
652
Sebagian besar Armenia ditundukka; armada Byzantium diusir dari Iskandariah; Silsilia dijarah; perjanjian damai dibuat dengan Nubia, sebelah selatan Mesir
654
Rhodes dijarah
655
Armada gabungan muslim memporak-porandakan armada utama Byzantium di pantai barat laut Anatolia; kaisar yang berkuasa hampir tidak bisa menyelamatkan diri.

Adapun penyebab ekspansi Islam Berhasil dengan gemilang[12]:
a.       Ajaran yang mencangkup dunia akhirat (Islam adalah agama dan negara)
b.      Keyakinan yang mendalam para sahabat untuk menyampaikan ajaran Islam
c.       Kekaisaran Persia dan Byzantium dalam keadaan lemah
d.      Islam tidak memaksa rakyat takhlukanya untuk mengubah agamanya
e.       Rakyat tidak senag tertindas oleh penguasa Persia dan Byzantium
f.       Rakyat memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka dibanding Byzantium
g.      Wilayah perluasan adalah daerah yang subur

6.      Sistem Nepotisme
Pergantian Umar dengan Utsman dapat diartikan pergantian keradikalan/ kekerasan dengan kelonggaran/ kelembutan. Akibatnya, banyak kaum Muslimin meninggalkan Utsman. Kesetiaan para pejabatnya pun berkurang, kecuali dari kerabatnya sendiri. Oleh sebab itu banyak pejabat yang dipecat dan diganti oleh sanak kerabatnya. Pada saat itulah, lawan politiknya menuduh ia melakukan nepotisme.

C.     Masa Disintegrasi
Faktor penyebab kekecewaan rakyat terhadap kekhalifahan Utsman adalah mengangkat keluarganya dalam kedudukan yang tinggi. Seperti Marwan Ibn Hakam. Pada dasarnya Marwanlah yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Utsman hanya menyandang gelar khalifah. Perubahan sistem dalam pemerintahan ini memacu semangat perlawanan dan pemberontakan. Pada saat yang genting, sahabat dan kerabatnya malah meninggalkanya. Pada akhirnya khalifah Utsman pun terbunuh dalam pemberontakan tersebut[13].
Khalifah Ali pun diangkat menjadi khalifah menggantikan Utsman. Penduduk Syiria dibawah pimpinan Muawiyah Ibn Abu Sufyan menuduh Ali ikut terlibat dalam peristiwa terbunuhnya Utsman, dan mereka meminta pertanggung jawaban atas pembunuhan tersebut. Dari konflik ini mak lahirlah dua peperangan antar sesama muslim, yaitu: perang Jamal dan perang Shiffin. Dari peperangn tersebut, pasukan Ali terpecah menjadi dua kelompok, yaitu: Khawarij (kelompok yang keluar atau beroposisi baik terhadap Ali maupun Muawiyah), dan Syi’ah (golongan yang mendukung Ali)[14].

Peradaban Islam Pada Masa Khulafaur- Rasyidin
1.      Pembukuan Al-Qur’an
Penulisan Al- quran sudah dimulai pada masa Rasulullah. Namun belum dibukukan dalam satu mushaf, masih dalam bentuk lempengan batu, pelepah kurma, kepingan tulang dll. Maka Pada masa Abu bakar, dikumpulkanlah menjadi satu mushaf karena kekhawatiran mulai berkurang dan meninggalnya para penghafal Al-Quran disebabkan peperangn dan lanjut usia. Sedangkan pada masa Utsman adalah penetapan Mushaf standar karena terjadinya perbedaan (qiraah) dialek/ logat Al- quran[15]. 
2.      Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Periode ini lahir berbagai ilmu pengetahuan, diataranya: Ilmu Qiraat,Ilmu Hadits, Ilmu Nahwu, Khath Al- Qur’an, Ilmu Fiqih[16] dll.
3.      Perkembangan Sastra
Sastra adalah inti seni, bagaikan cermin dari segala hidup dikalangan bangsa Arab, baik bersifat spiritual, politik, maupun selain keduanya[17].
4.      Perkembangan Arsitektur
Arsitektur dalam Islam dimulai tumbuhnya dari Masjid. Beberapa masjid yang dibangun dan diperbaiki pada masa ini, yaitu:
a)      Masjid Al- Haram (Makkah)
b)      Masjid Madinah (Makkah)
c)      Masjid Al Atiq (Mesir)
Sesudah Irak dan Mesir ditakhlukkan,khalifah Umar memerintahkan membangun kota- kota baru diantarany: Kuffah, Basrah, dan Fusthath[18].


Peta Politik dan Peradaban Masa Daulah Umayyah 1
Daulah Umayyah 1 adalah sebuah dinasti yang didirikan oleh keturunan Muawiyah (661-680 M), yang berpusat di Damaskus. Berawal dari peralihan kekuasaan setelah Umar wafat, bani Umayyah menyokong pencalonan Utsman bin Affan secara terang- terangan hiangga Utsman terpilih. Maka pada pemerintahan Utsman inilah Muawiyah mengumpulkan kekuatan dan menyiapkan daerah Syam sebagai daerah kekuasaanya di kemudian hari. Ketika Ali menggantikan kekhalifahan Utsman setelah wafat, Muawiyah selaku gubernur Syam mempunyai partai yang kuat yang kemudian menolak kekhalifahan Ali. Dia menuntut atas kematian Utsman, bila tidak terealisasi maka ai akan melakukan penyerangan terhadap khalifah bersama tentara Syam (Syiria). Maka tertumpahlah dalam perang Shiffin antara pasukan Ali dan Muawiyah, yang mana pasukan Muawiyah hampir terkalahkan. Akan tetapi atas nasehat Amr bin Ash, maka pasukanya pun mengangkat mushaf- mushaf diujung lembing sebagai pertanda seruan damai. Ali menasehati pasukanya agar tidak tertipu dengan tindakan itu, dan meneruskan peperangan. Akan tetapi malah terjadi perpecahan dalam pasukan Ali, sehingga ia terpaksa menerima tawaran untuk tahkim.
Peristiwa tahkim justru merugikan pihak Ali, yang mengakibatkan terpecahnya golongan menjadi 3, yaitu: Bani Umayyah (pendukung Muawiyah), Syi’ah (pendukung Ali), Khawarij (yang menjadi lawan dari kedua partai tsb).
Kaum Khawarij yang selalu berusaha merebut kekuasaan islam dari Ali, Muawiyah dan Amr, yang mereka yakin ketiga pemimpin itulah sumber pergolakan. Golongan ini berencana membunuh ketiga pemimpin itu. Dan berhasil membunuh salah satu diantaranya yaitu Ali pada tahun 40 H (660 M)[19].

Peta Politik Masa Daulah Umayyah 1

A.     Sistem Pemilihan Khalifah
Wafatnya Ali menjadi jembatan emas bagi Muawiyah untuk merealisasikan keputusan- keputusan perjanjian perdamaian (tahkim), yang menjadikan dia sebagai penguasa terkuat di wilayah kekuasaan Islam. Pemindahan kekuasaan kepada Muawiyah mengakhiri bentuk demokrasi kekhalifahan menjadi menjadi Monarchi Heridetis(kerajaan turun-temurun). Sikap ini terpengaruh oleh keadaan Syiria  selama ia menjadi gubernur disana.
Pada masa ini terjadi perubahan administrasi pemerintahan, diantaranya: pempentukan pasukan bertombak pengawal raja, materai resmi untuk pengiriman memorandum, pembentukan Dewan Sekretaris Negara, pengangkatan Amir Al- Umara yang membawahi beberapa Amir sebagai penguasa satu wilayah. Adapun pada masa Abdul Malik bin Marwan jalanya pemerintahan ditentukan 4 departement:
a.       Kementrian Pajak Tanah (diwan al- kharraj)
b.      Kementrian khatam (diwan al- khatam), bertugas merancang dan mengesahkan ordansi pemerintah.
c.       Kementrian surat- menyurat (diwan Al- Rasail)
d.      Kementrian urusan perpajakan (diwan al- mustaghallat)

B.     Kebijakan Politik Ekonomi
Selain usaha pengamanan di dalam negeri, juga dilakukan perluasan wilayah kekuasaan ke berbagai wilayah, antara lain: Tunis, Balkh, Bukhara, Khawarizm, Farghana, Samarkand, Aljazair, Maroko, Seville, Malaga, Elvire, Cordova, dan masih banyak lagi.
Kemenangan- kemenangan yang diperoleh umat Islam secara luas itu, menjadikan orang- orang arab tinggal di wilayah takhlukan tersebut. Prinsip keuangan negara diberlakukan seperti pemerintahan Khalifah Rasyidin, yaitu penetapan pajak tanah (Kharraj) dan pajak perorangan (Jizyah) untuk tiap individu penghuni daerah takhlukan. Hal ini memperlancar terlaksananya penggajian bagi bala tentara[20]. Penggajian pada mulanya diprioritaskan kepada orang- orang Arab saja, sedangkan non Arab Muslim diberi gaji dan harta rampasan perang setelah beberapa lama menjadi tentara, itupun dalam jumlah yang berbeda. Pembedaan antara orang Arab dan Non- Arab merupakan alasan melemahnya orang- orang Arab karena kemewahan mereka, sehingga pada masa- masa berikutnya peran kemiliteran mereka diambil aliholeh orang- orang Barbar untuk penakhlukan kesebelah barat dan orang- orang Persia untuk sebelah timur.

C.     Strruktur Masyarakat dan Tali Ikatan Persatuan
Pada periode ini, syarat keanggotaan masyarakat harus berasal dari orang Arab, sedangkan yang non- Arab setelah menjadi Muslim harus mau menjadi pendukung (mawali) bangsa Arab. Dengan demikian masyarakat Muslim periode ini terdiri atas dua kelompok, yaitu: Arab dan Mawali[21]. Adapun orang yang non Muslim yang merupakan masyarakat minoritas yang dilindungi (dzimmi), terutama Yahudi dan Kristen dengan sikap menghormati dan melindungi orang lain yang berbeda agama. Tindakan kaum Muslimin itu akhirnya banyak membawa orang- orang dzimmi berpindah menjadi Islam. Sehingga terbentuklah suatu kesatuan masyarakat melalui politik arabisme.

Peradaban Masa Daulah Umayyah 1
1.      Asitektur
Seni bangunan (arsitektur) pada zaman ini bertumpu p[ada bangunan sipil berupa kota- kota dan bangunan agam berupa masjid. Beberap[a kota baru atau perbaikan kota lama telah dibangun dalam zaman ini yang diiringi pembangunan berebagai gedung dengan gaya perpaduan Persia, Romawi, Arab dengan dijiwai semangat Islam.
2.      Organisasi Militer
Pada periode ini organisasi militer terdiri dari angkatan darat (Al- Jund), angkatan Lut (Al- Bahriyah), dan angkatan kepolisian  (As- Syurtah). Pada waktu itu aktifitas bala tentara dilengkapi baju besi, pedang dan panah[22].
3.      Perdagangan
Setelah berhasil menguasai wilayah yang cukup luas, maka lalu lintas perdagangan mendapat jaminanyang layak, yang terdidri lalu lintas darat dan laut.
4.      Kerajinan
Pada masa khalifah Abd Malik mulai dirintis pembuatan tiraz (semacam bordir), yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian Khalifah dan para pembesar kerajaan. Adapun di bidang seni lukis adalah lukisan binatang yang bercorak Hellenisme murni tetapi kemudian dimodifikasi menurut cara-cara islam.[23]
5.      Reformasi Fiskal
Selama masa pemerintahan umawiyah hampir semua pemilik tanah baik Muslim maupun non muslim, diwajibkan membayar pajak tanah. Sementara pajak kepala tidak berlaku bagi penduduk muslim, sehingg banyaknya penduduk yang masuk islam secara ekonomis merupakan latar belakang berkurangnya penghasilan negara. Bagi golongan dzimmi, mereka tidak diperkenankan andil dalam angkat senjata, tetapi harus membayar upeti sebagai ganti perlindungan muslimin kepada mereka. Jadi mereka hidup dalam kemerdekaan dengan jalan pajak tanah dan pajak kepala.

Peta Politik dan Peradaban Masa Daulah Abbasiyah
Didirikan oleh Abu Al- Abbas Abdullah bin Muhammad Al- Saffah yang sekaligus menjadi khalifah pertama. Diumumkan di masjid Agung Kuffah pada 132 H/ 749 M. Al- saffah sang penumpah darah, dengan dukungan dari paman- pamanya berusaha membersihkan sisa- sisa kekuatan bani umayyah. Revolusi sosial dan politik  dilakukan untuk reformasi Dinasti Umayyah agar sesuai dengan ajaran murni islam, yang mana pada saat itu dianggap korup, dekaden, otoriter dan sekuler[24].

Peta Politik Masa Daulah Abbasiyah
Beberapa alasan yang melatarbelakangi kemunduran Daulah Umayyah, dan keberhasilan keturunan Abbas mendapat dukungan. Diantaranya yaitu,banyaknya kelompok umat yang sudah tidak mendukung kekuasaan imperium Bani Umayyah yang korup, sekuler, dan memihak sebagian kelompok. Kelompok Syi’ah sejak awal berdirinya Daulah Umayyah telah memberontak karena merasa hak mereka terhadap kekuasaan telah dirampok oleh muawiyah. Kelompok Khawarijjuga merasa bahwa hak politik umat tidak boleh dimonopoli oleh keturunan tertentu tetapi merupakan hak setiap Muslim. Adapun dari kelompok mawali  (orang- orang non- Arab yang masuk Islam), mereka kebanyakan berasal dari Persia yang merasa diperlakukan tidak setara dengan orang- orang Arab karena mendapat beban pajak yang sangat tinggi.
Abu Al- Abbas yang menggerakkan roda revolusi ini menggunakan ideologi kjeagamaan untuk meruntuhkan legitimasi kekuasaan Bani Umayyah. Untuk menyebarkan ideologi ini mereka mereka menggunakan para da’i yang disebar ke pelosok- pelosok wilayah imperium bani Umayyah. Dakwah politik ini berlangsung lama dalam   bentuk rahasia. Propaganda Abu Al- Abbas berisi tentang legitimasi keagamaan keluarga ini untuk menggantikan Bani Umayyah dalam menggantikan pemimpin Umat Islam. Selain itu, gerakan penggulingan imperium Umayyah ini sukses berkat organisasi tentara yang  dipersenjatai dan diorganisir dengan baik yang memulai pemberontakan terbuka terhadap pemerintahan Daulah Umayyah pada tahun 747 M[25]. Jadi, penyebab berdirinya kekuatan Abbasiah dan kehancuran Dinasti Umayyah, disebabkan oleh dominannya kekuatan baru yang muncul, yang menuntut revolusi kekhalifahan yang mana pada saat itu telah keluar dari jalur, korup, sekuler, dan memihak sebagian kelompok.
Sistem pergantian kekhalifahan pada masa ini adalah disesuaikan menurut kondisi atau tidak menentu. Kadangkala menggunakan monarkhi hiredetis (keturunan/ turun- temurun) kadang menggunakan demokrasi (pemilihan). Namun, pada masa inilah disebut zaman keemasan islam dimana terdapat berbagai kemajuan- kemajuan yang dicapai dari berbagai bidang. Adapun faktor utama pendorong kemajuan adalah kecakapan khalifah karena ia seorang yang berilmu. Selain itu Khalifah menjadi pelopor utama perubahan dalam negara, dengan begitu rakyatnya pun mendapat dukungan untuk terus maju. Dengan adanya kerjasama yang baik antara pemerintahan dan rakyat, maka kemajuan dari berbagai bidang pun mampu untuk dicapai.



Peradaban Masa Daulah Abbasiyah
Dalam bidang peradaban, masa Abbasiyyah menjadi tonggak puncak peradaban Islam. Diantarnya:
  1. Gerakan Penerjemahan
Meski kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak masa Daulah Umayyah, upaya besar- besaran untuk menerjemahkan manuskrip berbahasa asing terutama bahasa Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab mengalami masa keemasan pada masa Daulah Abbasiyah. Para ilmuan diutus ke daerah byzantium untuk mencari- cari naskah- naskah Yunani dalam berbagai bidang ilmu terutama filsafat dan kedokteran. Sedangkan perburuan manuskrip di daerah timur seperti Persia adalah terutama dalam bidang tata negara dan sastra. Para penerjemah tidak hanya dari kalangan Islam, tetapi dari kalangan pemeluk Nasrani dari Syiria, dan Majusi dari Persia[26].
Adapun pada awal penerjemahan, naskah yang diterjemahkan terutama dalam bidang astrologi, kimia dan kedokteran. Kemudian disusul dengan filsafat.
  1. Baitul Hikmah: Perpustakaan dan Observatorium
Baitul Hikmah merupakan perpustakaan yang juga berfungsi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Pada masa ini, Baitul Hikmah dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat penyimpanan buku- buku kuno yang didapat dari Persia, Byzantium, bahkan Ethiopia dan India. Pada pemerintahan Al- Makmun lah Baitul Hikmah tidak hanya berfungsi sebagai perpustakaan tetapi juga sebagai pusat studi dan riset astronomi dan matematika[27].
  1. Perkembangn Ekonomi
Ekonomi Imperium inidigerakkan oleh perdagangan. Barang- barang kebutuhan pokok dan mewah dari wilayah timur imperium diperdagangkan dengan barang- barang hasil dari wilayah bagian barat. Di kerajaan ini sudah terdapat berbagai macam industri seperti kain linen di Mesir, sutra dari Siria dan Ira, kertas dari Samarkand, serta berbagai produk pertanian seperti gandum dari Mesir, dan kurma dari Iraq. Hasil industri dan pertanian ke berbagai wilayah di kekuasaan Abbasiyah dan negara lain.

Adapun peta politik dan peradaban daulah atau kerajaan setelah berakhirnya dua dinasti besar Islam yaitu, Umayyah dan Abbasiyah. Islam meluas ke berbagai negara diantaranya:
A. Islam di Andalusia
Pusat kekuasaan di wilayah andalusia pada saat itu berada diantara dua suku besar arab yaitu Yamani dan Mudhori. Suku yamani berasal dari selatan arabia, sedangkan suku mudhori berasal dari Lembah Efrat. Menjelang tahun 138 H (756 M) terjadi perebutan kekuasaan di wilayah Andalusia sehingga khalifah di Baghdad hanya sekedar mengakui dan merestui setiap kali ada amir yang muncul di Andalusia.[28]
Khalifah yang menonjol pada periode pertama tahun 711-755 M, Andalusia diperintah oleh para wali yang diangkat oleh[29] khalifah bani umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode kedua antara tahun 755-1013 M, andalusia di kuasai oleh Daulah Umawiyah II. Pada masa keamiran Abd al-Rahman al- Dakhil mengambil kekuasaan di Andalusia pada masa Amir Yusuf al-Fihr. Masa kekhalifahan tahun 912-1013 M, ketika abad al-Rahman III, amir ke-8 bani umayyah II kedudukannya dilanjutkan oleh hakam II kemudian oleh hisyam II. Periode ketiga antara tahun 1031-1492 M, periode ini di bagi menjadi tiga macam:
1.      Masa kerajaan kecil yang sifatnya lokal tahun 1031-1086 M, jumlahnya sekitar 20 buah. Masa ini disebut mulukal-thawif (raja golongan). Mereka mendirikan kerajaan berdasarkan etnis barbar, slovia, atau andalusia yang bertikai sehingga menimbulkan keberanian umat kristen di utara menyerang.[30]
2.      Masa antara tahun 1086-1235 M, ketika umat islam andalusia di bawah kekuasaan bangsa barbar afrika utara. Mula-mula bangsa barbar  dipimpin oleh Yusuf Ibn Tasyfin mendirikan daulah muratabin.
3.      Masa antara tahun 1232-1492, ketika umat islam Andalus bertahan di wilayah Granada di bawah kuasa dinasti bani Ahmar. Pendiri dinasti ini adalah Sultan Muhammad Ibn Yusuf.[31]
Strategi yang digunakan yaitu pada saat suku madhori dipegang oleh Yusuf Ibn Abdurrahman tunduk kepada kekuasaan Abbisiyah di Baghdad. Abdurrahman dari golongan daulah umayyah, saat itu terdapat pengejaran dan pembersihan terhadap semua pengikut umayyah yang dilakukan oleh Abbasiyah. Namun ada seorang Amir Abdurrahman ibn Muawiyah ibn Hisyam ibn Abdul Malik yang lari dari Irak mengarungi gurun syria menuju palestina, lalu menyeberangi gurun sinai di mesir, melewati beberapa wilayah Afrika menuju Andalusia yang telah ditaklukkan oleh nenek moyang dari dinasti Umayyah. Dengan demikian Abdurrahman bisa meloloskan diri masuk ke Andalusia untuk membangun kebudayaan dan peradaban islam.[32]
Kemajuan yang dicapai dengan berhasilnya memadamkan dan menumpas gerakan-gerakan yang ditimbulkan oleh kelompok pro abbasiyah dan kerusuhan lainnya, maka semakin mantaplah kekuasaan Amir Abdurrahman sehingga stabilitas pemerintahannya merupakan faktor yang mendukung bagi terlaksananya usaha-usaha pembangunan, keamanan dan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Abdurrahman I ini telah berjasa dalam usaha-usaha pembangunan misalnya masjid agung di cordoba, pembangunan istana, gedung perguruan tinggi dll.[33] Kemajuan berbagai cabang kebudayaan dalam segala ragam dan jenisnya andalusia benar-benar telah menjadi jembatan emas yang menghubungkan hasil-hasil peradaban islam di eropa.[34]

B. Islam di Afrika Utara
1.      Daulah Murabbitun (479-540 H/1088-1145 M)
Murabbitun adalah salah satu Dinasti Islam yang berkuasa di Maghribi. Kegiatannya ialah menyebarkan agama islam dengan mengajak suku-suku lain menganut agama islam seperti yang mereka anut.
Dibawah pimpinan spiritualnya, Abdullah ibn Yasin dan seorang komandan militer, Yahya ibn Umar, mereka berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke wadi dara. Kemudian mereka berhasil menaklukkan kerajaan Sisjil Masat yang dikuasai oleh Mas’ud ibn Wanuddin al-maqrawi. Ketika Yahya ibn Umar meninggal jabatannya digantikan oleh saudaranya Abu Bakar ibn Umar. Sepeninggalan Abu bakar digantikan oleh Ya’kub Yusuf ibn Tasyfin sampai kepada anaknya Ali ibn Yusuf.
Dinasti murabbitun memegang kekuasaan selama 90 tahun dengan enam orang penguasa, yaitu Abu Bakar ibn Umar, Yusuf ibn Tasyfin, Ali ibn Yusuf, Tasyfin ibn Ali, Ibrahim ibn Tasyfin dan Ishak ibn Ali.
2.      Daulah Muwahidun (524-667 H/1130-1269 M)
Marakesy pada masa itu berfungsi sebagai pusat aktifitas politik, kehidupan sosial dan kebudayaannya. Strategi yang digunakan dengan menyusun kekuatan yang dilakukan oleh ibn Tumart adalah memberantas paham golongan murrabitun yang menyimpang, menentang kekafiran, mengajak umat menjalankan amar ma’ruf nahi munkar.
Setelah ibn Tumart meninggal tampak kepemimpinan beralih kepada al-Mu’min. Awal kepemimpinannya diarahkan dua hal: pemasyarakatan ajaran muwahhidiyah dan mengakhiri kekuasaan murrabitun. Perluasan di lanjutkan ke Aljazair (1152), Tunisia, Tripoli, terus ke Qoiruwan dan madinah.
Al- Mu’min digantikan oleh Ya’kub Yusuf (1163-1184), setelah itu Abu ya’kub digantikan Abu Yusuf Al- Manshur (1184-1199). Al Manshur digantikan Muhammad al-Nashir.
Adapun faktor kemunduran daulah muwahhidun ini disebabkan oleh:
a)      Perebutan tahta di kalangan keluarga daulah.
b)      Melemahnya kontrol terhadap penguasa daerah.
c)      Mengendurnya tradisi disiplin.
d)     Memudarnya keyakinan akan keagungan misi Al Mahdi ibn Tumart.

3.      Daulah Fathimiyah
Golongan fathimiyah tidak hanya menolak kekuasaan abbasiyah tetapi menyatakan bahwa merekalah yang paling berhak memerintah seluruh kerajaan islam. Di afrika utara kekuasaan mereka segera menjadi besar. Tahun 909 mereka dapat menguasai dinasti Rustamiyah dari Tahert dan menyerang bani Idris di Maroko.[35]
Khalifah-khalifah daulah fathimiyah secara keseluruhan ada empat belas oran, tetyapi yang berperan adalah:
1.      Ubaidillah Al-Mahdi
2.      Qo’im (322 H/934 M)
3.      Mansur (334 H/945 M)
4.      Mu’izz (341 H/952 M)
5.      Aziz (364 H/973 M)
6.      Hakim (368 H/996 M)
7.      Zahir (411 H/1020 M)
8.      Mustansir (427 H/1035 M)[36]
4.      Daulah Ayyubiyah
Pendiri dinasti ini Shalahuddin lahir di Takriet 532H/1137M meninggal 589H/1193M, dimasyhurkan oleh bangsa eropa dengan nama ”Saladin” pahlawan perang salib, dari keluarga Ayyubiyah suku Kurdi.
Perjuangan shalahuddin sampa menjadi sultan dapat dibagi menjadi tiga periode[37]:
1.      Periode pertama, periode berjuang di Mesir.
Shalahuddin menghadapi tentara salib yang datang dari barat, yang mencoba menduduki kota Dimyat untuk merebut mesir. Ketika kholifah Al-Adhid meninggal shalahuddin diangkat menjadi penguasa mesir, tetapi beliau tidak bersedia menjadi raja pelanjut daulah fathimiyyah. Beliau berusaha melemahkanpengikut khalifah dan mencari kepercayaan rakyat yang kebanyakan pengikut aliran sunni.
2.      Periode kedua, periode menghadapi Syria (1174-1186 M)
Shalahuddin menjadi penguasa Arab terpenting mempersatukan Mesir, Syria, Mesopotamia, dan Yaman untuk melawan tentara salib.
Untuk mempertahankan diri melawan pengikut fathimiyyah di mesir dan melawan bahaya orang salib di Syria dan Palestina, Shalahuddin mendirikan benteng kairo di atas bukit Muqattam yang paling barat. Ini adalah rencana shalahuddin untuk menghubungkan benteng ini dengan perbentengan kairo kuno zaman fathimiyyah dan memperluas benteng sehingga memagari letak kota Fustat.
3.      Periode ketiga, periode berjuang di Palestina (1186-1193)
Pada tahun 1174 shalahuddin menguasai Mesir mendirikan dinasti Ayyubiyah. Pada tahun 1181 M Malik al-Shaleh meninggal, maka shalahuddin menguasai wilayah Mesir, Syam, Mesopotamia, dan Yaman. Dinasti ini berkuasa selama 90 tahun mempunyai sepuluh orang sultan:
a.       Shalahuddin Yusuf (1174-1193 M)
b.      Al- Aziz ibn Shalahuddin (1193-1198 M)
c.       Manshur ibn al-Aziz (1198-1199 M)
d.      Al-Adil I Ahmad ibn Ayyub (1199-1218 M)
e.       Al-Kamil I (1218-1238 M)
f.       Al-Adil II (1238-1240 M)
g.      Sholeh Najmuddin (1240-1249 M)
h.      Muazzham Tauran ibn Sholeh (1249 M)
i.        Syajarat al-Durr istri Malik Sholeh
j.        Asyraf ibn Yusuf (1249-1250 M)
Tidak kurang sepuluh tahun Shalahuddin menghadapi tentara salib di dalam berbagai pertempuran sehingga puncaknya pada pertempuran di Hittin pada tahun 583 H/1187 M beliau mencapai kemenangan gemilang, dari Teberias menuju Palestina dan merebut kota itu dari kekuasaan tentara salib.
Setahun kemudian Shalahuddin wafat dalam usia 75 tahun. Walaupun Shalahuddin termasyhur sebagai pemimpin islam di medan perang menghadapi tentara salib, tetapi jasanya di bidang ilmu pengetahuan tidaklah sedikit.

C. Islam Di Sisilia
Sisilia adalah sebuah pulau di laut tengah, letaknya di sebelah selatan semenanjung italia, pulau ini bentuknya mendekati segitiga dengan luas 25.708 km. Pulau ini dibagi menjadi tiga bagian: Val di Mazara, Val di Noto, dan Demone. Antara penaklukkan Sisilia dan Spanyol pada tingkat awalnya sama. Sama-sama didorong semangat tinggi untuk meluaskan islam, tetapi berbeda dalam penerimaan.
Usaha untuk menjadikan pulau sisilia menjadi wilayah islam telah dimulai sejak khalifah Usman ibn Affan mengirimkan gubernur Muawiyah ibn Abi Sufyan menyerang pulau-pulau di laut tengah, termasuk sisilia pada tahun 652 M. Gubernur-gubernur dan panglima perang dari bani aghlab juga menyempurnakan penyerangan sehingga panglima yang kemudian menjadi gubernur berturut-turut adalah Abu fihr Muhammad ibn Abdullah, Abu Aghlab ibn Ibrahim ibn Abdullah, Abbas ibn Fadl ibn Ya’kub, Khafaja ibn Sufyan, Ja’far ibn Muhammad, Abdullah ibn Ibrahim, dan Ahmad ibn Husyen.
Keseluruhan pemerintahan islam di sisilia di bawah tiga dinasti yaitu Aghlab yang beribukota di Qairuwan, disusul Fathimiyah, dan akhirnya dinasti Kalbi.[38] Pulau sisilia dibawah dinasti Kalbiyah mengalami kemajuan dalam segala bidang. Perkembangan ilmu agama islam pada masa dinasti Aghlab lebih menonjol dibanding bidang kajian lainnya, misalnya ilmu fiqh. Dalam ilmu kalam, sastra, sejarah, fisika, kedokteran, ilmu bumi juga ikut berkembang.[39]

D. Dinasti Ghaznawiyah
Dinasti ini menjadikankota Ghazna sebagai pusat kekuasaan, wilayahnya meliputi bagian Timur Iran, Afghanistan, Pakistan dan beberapa bagian wilayah India. Dinasti inilah yang mampu merambah jalah kepusat negeri India menyebarkan agama islam, menghancurkan berhala menggantikan kuil-kuil dengan masjid. Setelah kehancuran dinasti samani Mahmud Ghaznawi secara resmi memperoleh pengakuan dari khalifah Abbasiyah Al Qadir dan digelari Yamin al-Daulah. Di setiap daerah penaklukan Mahmud mengikis ajaran Brahmanisme dan digantikan dengan ajaran Islam.[40]
Pada zaman dinasti Ghazanawiyah pembangunan dan kemajuan ilmu pengetahuan tidak kalah pula. Dalam bidang pembangunan, terutama di kota Ghaza, tidak terlepas dari masalah peperangan. Harta rampasan berupa patung emas, intan permata dan berlian diangkut ke Ghazna untuk membangun dan memperindah Ibukota dengan bangunan-bangunan megah.
Ketika kerajaan Ghaznawiyah mengadakan perluasan wilayah, banyak ilmuwan-ilmuwan yang berlindung kepada sultan Ghaznawi, termasuk al-Biruni. Tercatat pula di masa Mahmud dan putranya, Mas’ud, para ilmuwan lain seperti Ibn al-Arraq dan Ibn al-Khammar, juga al-Marasyi, Al-Utby, Al-Baihaqy, ketiganya penulis sejarah. Sayang sesudah Mas’ud sultan-sultan Ghaznawi tidak ada yang kuat sehingga pada Dinasti Ghaznawiyah ini melemah kemudian hancur.[41]





BAB 3
KESIMPULAN

Islam sepeninggalan Rasulullah mengalami perubahan yang sangat mendasar, terutama berkaitan dengan peradaban dan kemajuan dari bidang ilmu pengetahuan, politik dan ekonomi dll. Peta politik islam menjelang abad pertengahan ini penuh dengan konflik, namun juga mengalami masa kejayaan, seolah seimbang antara keduanya. Konflik sering muncul tatkala peralihan kepemimpinan setelah khalifah utsman, dan ali. Kemudian konflik terus berkepanjangan hingga daulah Umayyah, dan Abbasiyah. Sistem negara yang terus mengalami perubahan tiap era, menambah kekayaan pengetahuan bagi generasi daulah setelahnya. Peralihan kekuasaan pun kasangkala mengikuti situasi dan kondisi, kadangkala menggunakan demokrasi, kadang menggunakan sistem turun temurun.

Peradaban pun tak kalah majunya pada masa menjelang abad pertengahan ini. Baik dari segi ilmu pengetahuan, sastra, seni bangunan/ arsitektur, administrasi kenegaraan, perdagangan, penerjemahan yang terus berkembang dengan pesatnya, terutama pada imperium Abbasiyah yang dikenal dengan zaman keemasan, karena mengalami kemajuan dari berbagai segi kehidupan.





REFERENSI




Mansur, Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2004.

Abdurrahman, Dudung, Sejarah Peradaban Islam : Dari Masa Klasik Hingga Modern,
Yogjakarta: Lesfi, 2004.

Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam,  Yogjakarta: Kota Kembang, 1989.

W. Montgomerry, Pergolakan Pemikiran Politik Islam, Jakarta: Bennabi Cipta, 1985.

Musyrifan Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Kencana, 2003.
















[1] Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam : Dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogjakarta: Lesfi, 2004), hlm. 43.
[2] Ibid., hlm. 44.
[3] Ibid.,
[4] Ibid., hlm. 45.
[5] Ibid., hlm. 46.
[6] Ibid.,
[7] Ibid., hlm. 47.
[8] Ibid., hlm. 49.
[9] Ibid., hlm. 50.
[10] Ibid.,
[11] Ibid., hlm. 51- 52.
[12] Ibid.,
[13] Ibid., hlm. 55.
[14] Ibid., hlm. 56- 57.
[15] Ibid.,
[16] Ibid., hlm. 58.
[17] Ibid., hlm.61.
[18] Ibid., hlm. 62- 63.
[19] Ibid., hlm. 67- 69.
[20] Hasan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan Islam,(Yogjakarta: Kota Kembang, 1989), hlm. 83.
[21] W. Montgomerry, Pergolakan Pemikiran Politik Islam (Jakarta: Bennabi Cipta,1985), hlm. 57.
[22] Hasan Ibrahim, Op. Cit,. Hlm.483.
[23]Ibid., hlm. 77.
[24] Dudung Abdurrahman, Op. Cit., hlm. 98.
[25] Ibid,.
[26] Ibid., hlm. 104.
[27] Ibid., hlm. 105.
[28] Mansur, Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2004), hlm. 40.
[29] Musyrifan Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta: Kencana, 2003), hlm. 120.
[30] Ibid., hlm. 122
[31]Ibid., hlm. 124
[32] Mansur, Op. Cit., hlm. 40
[33]Ibid., hlm. 41
[34]Ibid., hlm. 44
[35] Ibid., hlm .144.
[36] Ibid., hlm. 146.
[37] Ibid., hlm. 149- 156
[38] Ibid., hlm. 160-164.
[39]Ibid., hlm. 167.
[40] Ibid., hlm. 172- 175.
[41] Ibid., hlm. 176-180.